Anda seorang pemimpin di perusahaan? Di organisasi? Atau pemimpin di keluarga? Jika ya, ada beberapa hal penting mengenai pemimpin di sini yang pasti berguna bagi Anda.
Pergeseran paradigma
Saat ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang kepemimpinan. Dahulu, pemimpin dianggap satu-satunya penentu keberhasilan sebuah organisasi (kata organisasi di sini meliputi juga perusahaan, keluarga, dan kelompok sosial lain). Sedangkan anggota organisasi hanyalah pihak yang mengikuti dan mematuhi segala instruksi pemimpin. Jika tidak, anggota dianggap menghambat kesuksesan organisasi. Maka, pemimpin cenderung otoriter pada anggota supaya patuh.
Kini, paradigma baru telah tiba. Pemimpin bukan satu-satunya penentu kesuksesan organisasi, tetapi anggota juga berperan besar. Pemimpin sendiri tanpa partisipasi aktif anggota tidak akan mampu membawa organisasi mencapai tujuannya.
Contoh paling gamblang dari kegagalan paradigma lama adalah tumbangnya rezim otoritarian di berbagai negara melalui revolusi, seperti Mussolini di Jerman dan Stalin di Uni Soviet. Mereka tumbang karena hanya mengandalkan pemimpin untuk mencapai tujuan negara, termasuk bertindak otoriter terhadap warganya.
Sedangkan negara-negara yang relatif demokratis, warga didorong untuk berpartisipasi aktif, biasanya cenderung bertahan dan bisa mencapai sukses, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Skandinavia.
Pahami kebutuhan, lalu berkorbanlah!
Lalu, apa yang harus dilakukan pemimpin sekarang? Ia justru berperan makin kompleks karena harus mampu memberdayakan anggotanya. Pemimpin yang hebat adalah ia yang mampu membangkitkan insiatif dan partisipasi aktif anggota tanpa perlu berlaku otoriter.
Caranya, pemimpin harus paham dan mampu memenuhi kebutuhan anggotanya. Anda tidak bisa mengharapkan orang lain melakukan sesuatu yang Anda inginkan jika Anda tidak mampu memenuhi kebutuhannya, kan? Kedengarannya memang seperti pertukaran sosial, take and give, tetapi memang demikian adanya. Pemimpin yang jempolan paham tentang kebutuhan anggotanya, tidak hanya kebutuhan biologis tetapi juga psikologis, dan mampu memenuhinya.
Khusus tentang kebutuhan psikologis, ahli kognisi sosial, Gordon B. Moskowitz, menyimpulkan, ada tiga kebutuhan mendasar manusia, yaitu kebutuhan afiliasi atau berteman, kebutuhan harga diri/self-esteem, dan kebutuhan epistemik atau pemahaman.
Salah satu kebutuhan, yaitu kebutuhan harga diri/self-esteem, terbukti mempengaruhi kesuksesan organisasi. Self-esteem didefinisikan sebagai evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri (Rosenberg, 1979). Self-esteem yang positif terbukti berperan dalam meningkatnya kinerja anggota dan kepuasan kerja. Self-esteem juga terbukti sebagai determinan dalam bagaimana anggota organisasi pada berbagai level memikirkan, memutuskan, dan mengatur tindakan mereka.
Maka, pemimpin harus meningkatkan self-esteem anggota dengan salah satu cara yang terbukti ampuh, yaitu tindakan rela bekorban. Hasil penelitian De Cremer dkk pada 2004 membuktikan bahwa pemimpin yang rela berkorban akan meningkatkan self-esteem anggotanya. Pengorbanan pemimpin akan dilihat sebagai sinyal bahwa pemimpin menghargai organisasi sehingga anggota semakin percaya diri dan bangga menjadi bagian dari organisasi. Lebih lanjut, pengorbanan diri pemimpin merupakan contoh nyata bagi anggota untuk melakukan hal yang sama. Anggota makin termotivasi untuk bekerja mencapai kesuksesan organisasi. Sebaliknya, pemimpin yang dipersepsi anggotanya sebagai orang yang hanya mau mengambil keuntungan sendiri akan menurunkan self-esteem anggota. Pemimpin yang demikian tidak akan mampu membuat anggotanya bangkit untuk mencapai sukses organisasi.
Jadi, mulai sekarang, sebagai pemimpin, pahamilah kebutuhan anggota, penuhi, dan berkorbanlah. Selanjutnya, selamat menikmati kesuksesan organisasi bersama anggota Anda. ***
Selengkapnya...